Daftar Pahlawan Nasional Indonesia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pahlawan Nasional adalah gelar penghargaan tingkat tertinggi di Indonesia.[1] Gelar anumerta ini diberikan oleh Pemerintahan Indonesia
atas tindakan yang dianggap heroik – didefinisikan sebagai "perbuatan
nyata yang dapat dikenang dan diteladani sepanjang masa bagi warga
masyarakat lainnya." – atau "berjasa sangat luar biasa bagi kepentingan
bangsa dan negara."[2] Kementerian Sosial Indonesia memberikan tujuh kriteria yang harus dimiliki oleh seorang individu, yakni:[2]
Kerangka undang-undang untuk gelar tersebut awalnya menggunakan nama Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang dibuat pada saat dikeluarkannya Dekrit Presiden No. 241 Tahun 1958. Gelar pertama dianugerahi pada 30 Agustus 1959 kepada politisi yang menjadi penulis bernama Abdul Muis, yang wafat pada bulan sebelumnya.[4][5][6] Gelar ini digunakan saat pemerintahan Sukarno. Ketika Suharto berkuasa pada pertengahan 1960an, gelar terbut berganti nama menjadi Pahlawan Nasional. Gelar khusus pada tingkat Pahlawan Nasional juga dianugerahkan. Pahlawan Revolusi diberikan pada tahun 1965 kepada sepuluh korban kudeta Gerakan 30 September yang gagal, sementara Sukarno dan mantan wakil presiden Mohammad Hatta diberikan gelar Pahlawan Proklamator pada 1988 karena peran mereka dalam membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia[3][4][6]
147 pria dan 12 wanita telah diangkat sebagai pahlawan nasional, yang paling terbaru adalah Rajiman Wediodiningrat, Lambertus Nicodemus Palar dan Tahi Bonar Simatupang pada tahun 2013.[7] Pahlawan-pahlawan tersebut berasal dari seluruh wilayah di kepulauan Indonesia, dari Aceh di bagian barat sampai Papua di bagian timur. Mereka berasal dari berbagai etnis, meliputi pribumi Indonesia, etnis Tionghoa, dan Eurasia. Mereka meliputi perdana menteri, gerilyawan, menteri-menteri pemerintahan, prajurit, bangsawan, jurnalis, dan seorang uskup.
Daftar berikut ini disajikan dalam urutan abjad; karena perbedaan konvensi budaya penamaan, tidak semua entri diurutkan menurut nama belakang. Daftar ini lebih melakukan penyortiran menurut tahun kelahiran, wafat, dan penetapan. Nama-nama distandarisasikan menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan dan tidak menggunakan ejaan aslinya.[b]
- Warga Negara Indonesia[a] yang telah meninggal dunia dan semasa hidupnya:
- Telah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan politik/ perjuangan dalam bidang lain mencapai/merebut/mempertahankan/mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.
- Telah melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang dapat menunjang pembangunan bangsa dan negara.
- Telah menghasilkan karya besar yang mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat luas atau meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia.
- Pengabdian dan Perjuangan yang dilakukannya berlangsung hampir sepanjang hidupnya (tidak sesaat) dan melebihi tugas yang diembannya.
- Perjuangan yang dilakukan mempunyai jangkauan luas dan berdampak nasional.
- Memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan/nasionalisme yang tinggi.
- Memiliki akhlak dan moral yang tinggi.
- Tidak menyerah pada lawan/musuh dalam perjuangannya.
- Dalam riwayat hidupnya tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dapat merusak nilai perjuangannya.
Kerangka undang-undang untuk gelar tersebut awalnya menggunakan nama Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang dibuat pada saat dikeluarkannya Dekrit Presiden No. 241 Tahun 1958. Gelar pertama dianugerahi pada 30 Agustus 1959 kepada politisi yang menjadi penulis bernama Abdul Muis, yang wafat pada bulan sebelumnya.[4][5][6] Gelar ini digunakan saat pemerintahan Sukarno. Ketika Suharto berkuasa pada pertengahan 1960an, gelar terbut berganti nama menjadi Pahlawan Nasional. Gelar khusus pada tingkat Pahlawan Nasional juga dianugerahkan. Pahlawan Revolusi diberikan pada tahun 1965 kepada sepuluh korban kudeta Gerakan 30 September yang gagal, sementara Sukarno dan mantan wakil presiden Mohammad Hatta diberikan gelar Pahlawan Proklamator pada 1988 karena peran mereka dalam membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia[3][4][6]
147 pria dan 12 wanita telah diangkat sebagai pahlawan nasional, yang paling terbaru adalah Rajiman Wediodiningrat, Lambertus Nicodemus Palar dan Tahi Bonar Simatupang pada tahun 2013.[7] Pahlawan-pahlawan tersebut berasal dari seluruh wilayah di kepulauan Indonesia, dari Aceh di bagian barat sampai Papua di bagian timur. Mereka berasal dari berbagai etnis, meliputi pribumi Indonesia, etnis Tionghoa, dan Eurasia. Mereka meliputi perdana menteri, gerilyawan, menteri-menteri pemerintahan, prajurit, bangsawan, jurnalis, dan seorang uskup.
Daftar berikut ini disajikan dalam urutan abjad; karena perbedaan konvensi budaya penamaan, tidak semua entri diurutkan menurut nama belakang. Daftar ini lebih melakukan penyortiran menurut tahun kelahiran, wafat, dan penetapan. Nama-nama distandarisasikan menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan dan tidak menggunakan ejaan aslinya.[b]
Daftar isi
Pahlawan Nasional Indonesia
Daftar isi |
---|
A • B • C • D • E • F • G • H • I • J • K • L • M • N • O • P • R • S • T • U • W • Y • Z |
Nama | Lahir | Wafat | Catatan | Penetapan | Provinsi asal/pengusul | Ref. |
---|---|---|---|---|---|---|
Abdul Halim | 1911 | 1988 | Aktivis kemerdekaan dan politisi, Perdana Menteri Indonesia | 2008 | Sumatera Barat | [3][8] |
Abdul Haris Nasution | 1918 | 2000 | Jenderal Angkatan Darat, dua kali diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat | 2002 | Sumatera Utara | [3][9] |
Abdul Kadir | 1771 | 1875 | Bangsawan dari Melawi, menawarkan pengembangan ekonomi, melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda | 1999 | Kalimantan Barat | [3][10] |
Abdul Malik Karim Amrullah | 1908 | 1981 | Sarjana Islam dan penulis | 2011 | Sumatera Barat | [11] |
Abdul Muis | 1883 | 1959 | Politisi, kemudian penulis | 1959 | Sumatera Barat | [c][4][12] |
Abdul Rahman Saleh | 1909 | 1947 | Tokoh awal dalam Angkatan Udara, terbunuh ketika membawa keperluan medis karena ditembak oleh Belanda | 1974 | D.I. Yogyakarta | [4][13] |
Andi Abdullah Bau Massepe | 1918 | 1947 | Bangsawan Bugis, memimpin penyerangan melawan pasukan Belanda selama Revolusi Nasional, seorang putra dari Andi Mappanyukki | 2005 | Sulawesi Selatan | [3][14] |
Achmad Subarjo | 1896 | 1978 | Aktivis kemerdekaan dan menteri pemerintahan | 2009 | Jawa Barat | [3][15] |
Adam Malik | 1917 | 1984 | Jurnalis dan aktivis kemerdekaan, Wakil Presiden Indonesia ketiga | 1998 | Sumatera Utara | [3][16] |
Adnan Kapau Gani | 1905 | 1968 | Aktivis kemerdekaan yang menjadi menteri pemerintahan, menyeludupkan senjata untuk mendukung Revolusi Nasional | 2007 | Sumatera Barat | [3][17] |
Nyi Ageng Serang | 1752 | 1828 | Pemimpin gerilyawan Jawa yang memimpin penyerangan terhadap kolonial Belanda atas beberapa pendudukan | 1974 | Jawa Tengah | [3][18] |
Agus Salim | 1884 | 1954 | Aktivis kemerdekaan, politisi, pemimpin Islam Minang | 1961 | Sumatera Barat | [4][19] |
Agustinus Adisucipto | 1916 | 1947 | Tokoh awal dalam Angkatan Udara, terbunuh ketika membawa keperluan medis karena ditembak oleh Belanda | 1974 | D.I. Yogyakarta | [4][20] |
Ahmad Dahlan | 1868 | 1934 | Pemimpin Islam Jawa, mendirikan Muhammadiyah; suami Siti Walidah | 1961 | D.I. Yogyakarta | [4][21] |
Ahmad Rifa'i | 1786 | 1870 | Pemikir dan penulis Islam yang dikenal karena pernyataan anti-Belandanya | 2004 | Jawa Tengah | [3][22] |
Ahmad Yani | 1922 | 1965 | Pemimpin Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September | 1965 | Jawa Tengah | [4][23] |
Alimin | 1889 | 1964 | Pendukung kemerdekaan, politisi, dan tokoh Partai Komunis Indonesia | 1964 | Jawa Tengah | [4][24] |
Amir Hamzah | 1911 | 1946 | Penyair dan nasionalis | 1975 | Sumatera Utara | [3][25] |
Antasari | 1809 | 1862 | Melakukan penyerangan terhadap pasukan kolonial Belanda dalam Perang Banjar | 1968 | Kalimantan Selatan | [4][26] |
Arie Frederik Lasut | 1918 | 1949 | Geolog dan pengajar yang dieksekusi oleh Belanda | 1969 | Sulawesi Utara | [4][27] |
Bagindo Azizchan | 1910 | 1947 | Walikota Padang, melawan pasukan Belanda saat Revolusi Nasional | 2005 | Sumatera Barat | [3][28] |
Basuki Rahmat | 1921 | 1969 | Jenderal, saksi dari Supersemar | 1969 | Jawa Timur | [4][29] |
Teungku Chik di Tiro | 1836 | 1891 | Tokoh Islam Aceh dan pemimpin gerilyawan yang melakukan perlawanan pasukan kolonial Belanda | 1973 | Aceh | [4][30] |
Cilik Riwut | 1918 | 1987 | Prajurit dan politisi, menawarkan pengembangan ekonomi dan budaya di Kalimantan Tengah | 1998 | Kalimantan Tengah | [3][31] |
Cipto Mangunkusumo | 1886 | 1943 | Politisi Jawa, mentor Sukarno | 1964 | Jawa Tengah | [4][32] |
Cokroaminoto | 1883 | 1934 | Politisi, pemimpin Sarekat Islam, mentor Sukarno | 1961 | Jawa Timur | [4][33] |
Ernest Douwes Dekker | 1879 | 1950 | Jurnalis dan politisi Indo yang membantu kemerdekaan Indonesia | 1961 | Jawa Timur | [d][4][34] |
Dewi Sartika | 1884 | 1947 | Pengajar, mendirikan sekolah untuk perempuan yang pertama di negara tersebut | 1966 | Jawa Barat | [4][35] |
Cut Nyak Dhien | 1850 | 1908 | Pemimpin gerilyawan Aceh yang melakukan penyerangan terhadap pasukan kolonial belanda; istri Teuku Umar | 1964 | Aceh | [4][36] |
Diponegoro | 1785 | 1855 | Putra Sultan Yogyakarta, melangsungkan perang lima tahun melawan pasukan kolonial Belanda | 1973 | D.I. Yogyakarta | [4][37] |
Donald Izacus Panjaitan | 1925 | 1965 | Jenderal Angkatan Darat, terbunuh dalam Gerakan 30 September | 1965 | Sumatera Utara | [4][38] |
Eddy Martadinata | 1921 | 1966 | Laksamana Angkatan Laut dan diplomat, terbunuh dalam kecelakaan helikopter | 1966 | Jawa Barat | [4][39] |
Fakhruddin | 1890 | 1929 | Pemimpin Islam, menegosiasikan pengamanan pejiarah haji Indonesia | 1964 | D.I. Yogyakarta | [4][40] |
Fatmawati | 1923 | 1980 | Pembuat bendera nasional pertama, aktivis sosial, istri Sukarno | 2000 | Bengkulu | [3][41] |
Ferdinand Lumbantobing | 1899 | 1962 | Doktor dan politisi, memperjuangkan hak asasi pasukan buruh | 1962 | Sumatera Utara | [4][42] |
Frans Kaisiepo | 1921 | 1979 | Nasionalis Papua yang membantu dalam akuisisi Papua | 1993 | Papua | [3][43] |
Gatot Mangkupraja | 1896 | 1968 | Aktivis kemerdekaan dan politisi, menyarankan pembentukan Pembela Tanah Air | 2004 | Jawa Barat | [3][44] |
Gatot Subroto | 1907 | 1962 | Jenderal, deputi ketua staff Angkatan Darat | 1962 | Jawa Tengah | [4][45] |
Halim Perdanakusuma | 1922 | 1947 | Tokoh awal dalam Angkatan Udara, terbunuh saat Revolusi Nasional | 1975 | Jawa Timur | [3][46] |
Hamengkubuwono I | 1717 | 1792 | Sultan Yogyakarta, melakukan perlawanan terhadap VOC, mendirikan Yogyakarta | 2006 | D.I. Yogyakarta | [3][47] |
Hamengkubuwono IX | 1912 | 1988 | Sultan Yogyakarta, aktivis kemerdekaan, pemimpin militer, dan politisi; Wakil Presiden Indonesia kedua | 1990 | D.I. Yogyakarta | [3][48] |
Harun Bin Said | 1947 | 1968 | Mengebom MacDonald House saat konfrontasi Indonesia–Malaysia | 1968 | Jawa Timur | [e][4][49] |
Hasan Basri | 1923 | 1984 | Prajurit selama Revolusi Nasional Indonesia, mendukung integrasi Kalimantan di Indonesia | 2001 | Kalimantan Selatan | [3][50] |
Hasanuddin | 1631 | 1670 | Sultan Gowa, melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda | 1973 | Sulawesi Selatan | [4][51] |
Hasyim Asy'ari | 1875 | 1947 | Pemimpin Islam, pendiri Nahdlatul Ulama | 1964 | Jawa Timur | [4][52] |
Hazairin | 1906 | 1975 | Sarjana legal, aktivis kemerdekaan, menteri pemerintahan, dan pengajar | 1999 | Sumatera Barat | [3][53] |
Herman Johannes | 1912 | 1992 | Insinyur, membuat senjata selama Revolusi Nasional, membantu pendirian Universitas Gadjah Mada | 2009 | Nusa Tenggara Timur | [3][54] |
Ida Anak Agung Gde Agung | 1921 | 1999 | Aktivis kemerdekaan dan menteri pemerintahan | 2007 | Bali | [3][55] |
Idham Chalid | 1921 | 2010 | Pemimpin Nahdlatul Ulama, politisi | 2011 | Kalimantan Selatan | [11][56] |
Ilyas Yakoub | 1903 | 1958 | Aktivis kemerdekaan, politisi, dan anggota pasukan gerilyawan | 1999 | Sumatera Barat | [3][57] |
Tuanku Imam Bonjol | 1772 | 1864 | Tokoh Islam dari Sumatera Barat yang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda dalam Perang Padri | 1973 | Sumatera Barat | [4][58] |
Radin Inten II | 1834 | 1856 | Bangsawan dari Lampung, memimpin revolusi penyerangan penjajah Belanda | 1986 | Lampung | [3][59] |
Iskandar Muda | 1593 | 1636 | Sultan Aceh, memperluas pengaruh negara | 1993 | Aceh | [f][3][60] |
Ismail Marzuki | 1914 | 1958 | Komposer yang membuat sejumlah lagu kebangsaan | 2004 | DKI Jakarta | [3][61] |
Iswahyudi | 1918 | 1947 | Tokoh awal dalam Angkatan Udara, terbunuh saat Revolusi Nasional | 1975 | Jawa Timur | [3][62] |
Iwa Kusumasumantri | 1899 | 1971 | Aktivis kemerdekaan, ahli hukum, dan politisi | 2002 | Jawa Barat | [3][63] |
Izaak Huru Doko | 1913 | 1985 | Aktivis kemerdekaan dan pengajar, membantu pendirian Universitas Udayana | 2006 | Nusa Tenggara Timur | [3][64] |
Janatin | 1943 | 1968 | Mengebom MacDonald House saat konfrontasi Indonesia–Malaysia | 1968 | Jawa Tengah | [g][4][65] |
Jatikusumo | 1917 | 1992 | Jenderal Angkatan Darat dan politisi | 2002 | Jawa Tengah | [3][66] |
Andi Jemma | 1935 | 1965 | Aktivis kemerdekaan, memimpin penyerangan melawan pasukan Belanda saar Revolusi Nasional | 2002 | Sulawesi Selatan | [3][67] |
Johannes Abraham Dimara | 1916 | 2000 | Pimpinan tentara Papua yang membantu dalam akuisisi Papua | 2010 | Papua | [68] |
Johannes Leimena | 1905 | 1977 | Menteri Kesehatan Pertama, mengembangkan sistem klinik Puskesmas | 2010 | Maluku | [68] |
Juanda Kartawijaya | 1911 | 1963 | Politisi Sunda, Perdana Menteri Indonesia terakhir | 1963 | Jawa Barat | [4][69] |
Karel Satsuit Tubun | 1928 | 1965 | Brigadir polisi, terbunuh saat Gerakan 30 September | 1965 | Maluku | [4][70] |
Kartini | 1879 | 1904 | Tokoh hak asasi perempuan Jawa | 1964 | Jawa Tengah | [4][71] |
Ignatius Joseph Kasimo | 1900 | 1986 | Aktivis kemerdekaan, pemimpin Partai Katolik | 2011 | D.I. Yogyakarta | [11][72] |
Katamso Darmokusumo | 1923 | 1965 | Jenderal Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September | 1965 | Jawa Tengah | [4][73] |
I Gusti Ketut Jelantik | Tidak diketahui | 1849 | Pemimpin Bali yang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda | 1993 | Bali | [3][74] |
I Gusti Ketut Puja | 1904 | 1957 | Gubernur Bali pertama | 2011 | Bali | [11][75] |
Ki Hajar Dewantara | 1889 | 1959 | Pengajar dan menteri pemerintahan, mendirikan Taman Siswa, saudara Suryopranoto | 1959 | D.I. Yogyakarta | [4][76] |
Ki Sarmidi Mangunsarkoro | 1904 | 1957 | Pengajar bersama dengan Budi Utomo dan Taman Siswa, menteri pemerintahan | 2011 | Jawa Tengah | [11][77] |
Kiras Bangun | 1852 | 1942 | Pemimpin gerilyawan Batak yang melawan penjajah Belanda | 2005 | Sumatera Utara | [3][78] |
Kusumah Atmaja | 1898 | 1952 | Ketua Kehakiman Mahkamah Agung Pertama | 1965 | Jawa Barat | [4][79] |
La Maddukelleng | 1700 | 1765 | Bangsawan dari Kesultanan Paser, mengusir pasukan Belanda dari Kerajaan Wajo | 1998 | Sulawesi Selatan | [3][80] |
Lambertus Nicodemus Palar | 1900 | 1981 | Diplomat, menegosiasikan pengakuan Indonesia saat Revolusi | 2013 | Sulawesi Utara | [7] |
John Lie | 1911 | 1988 | Laksamana Muda Angkatan Laut, menyeludupkan barang untuk membantu Revolusi Nasional | 2009 | Sulawesi Utara | [3][81] |
Mahmud Badaruddin II | 1767 | 1852 | Sultan Palembang, yang melakukan perlawanan terhadap penjajah Inggris dan Belanda | 1984 | Sumatera Selatan | [3][82] |
Mangkunegara I | 1725 | 1795 | Melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda dan antek-anteknya di Jawa Tengah | 1988 | Jawa Tengah | [3][83] |
Andi Mappanyukki | 1885 | 1967 | Bangsawan Bugis, memimpin penyerangan melawan pasukan Belanda pada 1920an dan 30an, ayah dari Andi Abdullah Bau Massepe | 2004 | Sulawesi Selatan | [3][84] |
Maria Walanda Maramis | 1872 | 1924 | Pendukung hak asasi perempuan dan pengajar | 1969 | Sulawesi Utara | [4][85] |
Martha Christina Tiahahu | 1800 | 1818 | Gerilyawan dari Maluku yang wafat saat ditahan Belanda | 1969 | Maluku | [4][86] |
Marthen Indey | 1912 | 1986 | Nasionalis dan aktivis kemerdekaan, menawarkan intergrasi Papua di Indonesia | 1993 | Papua | [3][87] |
Mas Mansur | 1896 | 1946 | Sarjana Islam, pemimpin Muhammadiyah | 1964 | Jawa Timur | [4][88] |
Mas Tirtodarmo Haryono | 1924 | 1965 | Jenderal Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September | 1965 | Jawa Timur | [4][89] |
Maskun Sumadireja | 1907 | 1986 | Aktivis kemerdekaan dan politisi | 2004 | Jawa Barat | [3][90] |
Cut Nyak Meutia | 1870 | 1910 | Pemimpin gerilyawan Aceh yang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda | 1964 | Aceh | [4][91] |
Mohammad Hatta | 1902 | 1980 | Aktivis kemerdekaan, Wakil Presiden Indonesia Pertama | 2012 | Sumatera Barat | [h][92][93] |
Mohammad Husni Thamrin | 1894 | 1941 | Politisi dan aktivis kemerdekaan | 1960 | DKI Jakarta | [4][94] |
Mohammad Natsir | 1908 | 1993 | Sarjana Islam dan politisi, Perdana Menteri Indonesia kelima | 2008 | Sumatera Barat | [3][95] |
Teuku Muhammad Hasan | 1906 | 1997 | Aktivis kemerdekaan, gubernur Sumatera pertama | 2006 | Aceh | [3][96] |
Muhammad Yamin | 1903 | 1962 | Penyair yang menjadi politisi dan aktivis kemerdekaan | 1973 | Sumatera Barat | [4][97] |
Mustopo | 1913 | 1986 | Pemimpin saat Pertempuran Surabaya, mendirikan Kampus Kedokteran Gigi Dr. Moestopo | 2007 | Jawa Timur | [3][98] |
Muwardi | 1907 | 1948 | Menangani keamanan saat Proklamasi Kemerdekaan, membangun sebuah rumah saat di Surakarta | 1964 | Jawa Tengah | [4][99] |
Nani Wartabone | 1907 | 1986 | Aktivis kemerdekaan dan politisi, membantu memadamkan pemberontakan Permesta | 2003 | Gorontalo | [3][100] |
I Gusti Ngurah Rai | 1917 | 1946 | Pemimpin militer Bali saat Revolusi Nasional | 1975 | Bali | [3][101] |
Nuku Muhammad Amiruddin | 1738 | 1805 | Sultan Tidore, memimpin beberapa pertempuran laut melawan pasukan kolonial Belanda | 1995 | Maluku Utara | [3][102] |
Noer Alie | 1914 | 1992 | Pemimpin Islam dan pengajar, memimpin prajurit saat Revolusi Nasional | 2006 | Jawa Barat | [3][103] |
Teuku Nyak Arif | 1899 | 1946 | Politisi Aceh dan pemimpin perlawanan, gubernur Aceh pertama | 1974 | Aceh | [104] |
Opu Daeng Risaju | 1880 | 1964 | Politisi wanita awal, melakukan perlawanan terhadap Belanda saat Revolusi Nasional | 2006 | Sulawesi Selatan | [3][105] |
Oto Iskandar di Nata | 1897 | 1945 | Politisi dan aktivis kemerdekaan | 1973 | Jawa Barat | [4][106] |
Pajonga Daeng Ngalie | 1901 | 1958 | Mengkoordinasikan penyerangan di Sulawesi Selatan saat Revolusi Nasional, menawarkan integrasi nasional | 2006 | Sulawesi Selatan | [3][107] |
Pakubuwono VI | 1807 | 1849 | Susuhunan Surakarta, memberontak melawan pasukan kolonial Belanda | 1964 | Jawa Tengah | [4][108] |
Pakubuwono X | 1866 | 1939 | Susuhunan Surakarta, mendukung berbagai proyek untuk kepentingan Pribumi Indonesia | 2011 | Jawa Tengah | [11][109] |
Pattimura | 1783 | 1817 | Gerilyawan dari Maluku yang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda | 1973 | Maluku | [4][110] |
Pierre Tendean | 1939 | 1965 | Prajurit Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September | 1965 | DKI Jakarta | [4][111] |
Pong Tiku | 1846 | 1907 | Bangsawan Toraja, melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda | 2002 | Sulawesi Selatan | [3][112] |
Raja Ali Haji | 1809 | kr. 1870 | Sejarawan dan penyair dari Riau | 2004 | Kepulauan Riau | [3][113] |
Raja Haji Fisabilillah | 1727 | 1784 | Pejuang dari Riau yang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda | 1997 | Riau | [3][114] |
Rajiman Wediodiningrat | 1879 | 1952 | Ketua Dewan Perwakilan Rakyat pertama | 2013 | D.I. Yogyakarta | [7] |
Ranggong Daeng Romo | 1915 | 1947 | Memimpin pasukan dalam dua pertempuran melawan pasukan Belanda saat Revolusi Nasional | 2001 | Sulawesi Selatan | [3][115] |
Rasuna Said | 1910 | 1965 | Pendukung hak asasi wanita dan nasionalis | 1974 | Sumatera Barat | [3][116] |
Robert Wolter Monginsidi | 1925 | 1949 | Gerilyawan di Makassar saat Revolusi Nasional, dieksekusi oleh Belanda | 1973 | Sulawesi Selatan | [4][117] |
Saharjo | 1909 | 1963 | Menteri Kehakiman, pelopor pengesahan pembaruan di negara tersebut | 1963 | Jawa Tengah | [4][118] |
Sam Ratulangi | 1890 | 1949 | Politisi Minahasa dan pendukung kemerdekaan Indonesia | 1961 | Sulawesi Utara | [4][119] |
Samanhudi | 1878 | 1956 | Pengusaha, mendirikan Sarekat Islam | 1961 | Jawa Tengah | [4][120] |
Silas Papare | 1918 | 1978 | Memperjuangkan kemerdekaan Papua dari Belanda, menawarkan integrasi Papua di Indonesia | 1993 | Papua | [3][121] |
Sisingamangaraja XII | 1849 | 1907 | Pemimpin Batak yang melakukan kampanye gerilyawan melawan pasukan kolonial Belanda | 1961 | Sumatera Utara | [4][114] |
Siswondo Parman | 1918 | 1965 | Jenderal Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September | 1965 | Jawa Tengah | [4][122] |
Siti Hartinah | 1923 | 1996 | Istri presiden Suharto, aktif dalam karya sosial, mendirikan Taman Mini Indonesia Indah | 1996 | Jawa Tengah | [3][123] |
Siti Walidah | 1872 | 1946 | Pendiri Aisyiyah, tokoh Muhammadiyah, istri Ahmad Dahlan, | 1971 | D.I. Yogyakarta | [i][4][124] |
Slamet Riyadi | 1927 | 1950 | Brigadir Jeneral Angkatan Darat, terbunuh ketika putting down pemberontakan di Sulawesi | 2007 | Jawa Tengah | [3][125] |
Sudirman | 1916 | 1950 | Komandan Ketua Tentara Nasional Indonesia pada saat Revolusi Nasional | 1964 | Jawa Tengah | [j][4][126] |
Albertus Sugiyapranata | 1896 | 1963 | Uskup Katolik Jawa dan nasionalis | 1963 | Jawa Tengah | [4][127] |
Sugiyono Mangunwiyoto | 1926 | 1965 | Kolonel Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September | 1965 | D.I. Yogyakarta | [4][128] |
Suharso | 1912 | 1971 | Pelopor pengobatan prostesis | 1973 | Jawa Tengah | [4][129] |
Sukarjo Wiryopranoto | 1903 | 1962 | Tokoh kemerdekaan, diplomat, dan politisi | 1962 | Jawa Tengah | [4][130] |
Sukarno | 1901 | 1970 | Aktivis kemerdekaan yang membacakan Proklamasi Kemerdekaan, Presiden Indonesia pertama | 2012 | Jawa Timur | [h][92][93] |
Sultan Agung | 1591 | 1645 | Sultan Mataram, melakukan perlawanan terhadap VOC | 1975 | D.I. Yogyakarta | [3][131] |
Andi Sultan Daeng Radja | 1894 | 1963 | Aktivis kemerdekaan dan politisi | 2006 | Sulawesi Selatan | [3][132] |
Supeno | 1916 | 1949 | Menteri pemerintahan, terbunuh ketika perlawanan terhadap Belanda saat Revolusi Nasional | 1970 | Jawa Tengah | [4][133] |
Supomo | 1903 | 1958 | Menteri Kehakiman Pertama, membantu penulisan Konstitusi | 1965 | Jawa Tengah | [4][134] |
Suprapto | 1920 | 1965 | Jenderal Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September | 1965 | Jawa Tengah | [4][135] |
Supriyadi | 1925 | 1945 | Pemimpin pemberontakan melawan pasukan pendudukan Jepang di Blitar | 1975 | Jawa Timur | [k][3][136] |
Suroso | 1893 | 1981 | Politisi dan aktivis kemerdekaan | 1986 | Jawa Timur | [3][137] |
Suryo | 1896 | 1948 | Gubernur Jawa Timur saat Revolusi Nasional | 1964 | Jawa Timur | [4][138] |
Suryopranoto | 1871 | 1959 | Pengajar dan tokoh hak asasi pekerja, saudara Ki Hajar Dewantara | 1959 | D.I. Yogyakarta | [4][139] |
Sutan Syahrir | 1909 | 1966 | Politisi, Perdana Menteri Indonesia pertama | 1966 | Sumatera Barat | [4][140] |
Soetomo | 1888 | 1938 | pengajar Jawa, mendirikan Budi Utomo | 1961 | Jawa Timur | [l][4][141] |
Sutomo | 1920 | 1981 | Pemimpin militer yang memimpin perlawanan dalam Pertempuran Surabaya | 2008 | Jawa Timur | [m][3][142] |
Sutoyo Siswomiharjo | 1922 | 1965 | Jenderal Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September | 1965 | Jawa Tengah | [4][143] |
Syafruddin Prawiranegara | 1911 | 1989 | Gubernur Bank Indonesia pertama | 2011 | Banten | [11] |
Syarif Kasim II | 1893 | 1968 | Sultan Siak, menawarkan integrasi kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur | 1998 | Riau | [3][133] |
Tahi Bonar Simatupang | 1920 | 1990 | Jenderal yang menjabat sebagai ketua staff dari 1950 sampai 1954 | 2013 | Sumatera Utara | [7] |
Tuanku Tambusai | 1784 | 1882 | Pemimpin Islam dari Riau yang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda saat Perang Padri | 1995 | Riau | [3][144] |
Tan Malaka | 1884 | 1949 | Politisi dan aktivis komunis Minang | 1963 | Sumatera Barat | [4][145] |
Thaha Syaifuddin | 1816 | 1904 | Sultan Jambi, memimpin pasukan revolusi melawan pasukan kolonial Belanda | 1977 | Jambi | [3][146] |
Tirtayasa | 1631 | 1683 | Gerilyawan dari Banten yang melakukan perlawanan terhadap Belanda | 1970 | Banten | [4][147] |
Tirto Adhi Suryo | 1880 | 1918 | Jurnalis, diasingkan karena editorial anti-Belanda buatannya | 2006 | Jawa Tengah | [3][148] |
Teuku Umar | 1854 | 1899 | Pemimpin gerilyawan Aceh yang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda; suami Cut Nyak Dhien | 1973 | Aceh | [4][149] |
Untung Surapati | 1660 | 1706 | Memimpin beberapa pemberontakan melawan VOC | 1975 | Jawa Timur | [3][150] |
Urip Sumoharjo | 1893 | 1948 | Pemimpin Angkatan Darat Indonesia, komandan kedua setelah Sudirman | 1964 | Jawa Tengah | [4][151] |
Wage Rudolf Supratman | 1903 | 1938 | Komposer lagu kebangsaan "Indonesia Raya" | 1971 | Jawa Timur | [4][152] |
Wahid Hasyim | 1914 | 1953 | Pemimpin Nahdlatul Ulama, Menteri Agama Indonesia pertama | 1964 | Jawa Timur | [4][153] |
Wahidin Sudirohusodo | 1852 | 1917 | Doktor dan pemimpin di Budi Utomo | 1973 | D.I. Yogyakarta | [4][154] |
Wilhelmus Zakaria Johannes | 1895 | 1952 | Pelopor pengobatan radiologi | 1968 | Nusa Tenggara Timur | [4][155] |
Yos Sudarso | 1925 | 1962 | Komodor Angkatan Laut, terbunuh saat konfrontasi dengan Belanda di Nugini Belanda | 1973 | Jawa Tengah | [4][156] |
Yusuf Tajul Khalwati | 1626 | 1699 | Pemimpin Islam, memimpin pemberontakan gerilyawan melawan VOC | 1995 | Sulawesi Selatan | [3][157] |
Zainal Mustafa | 1907 | 1944 | Pemimpin Islam yang melakukan perlawanan terhadap pasukan pendudukan Jepang | 1972 | Jawa Barat | [4][158] |
Zainul Arifin | 1909 | 1963 | Politisi dan gerilyawan, terbunuh saat peristiwa percobaan pembunuhan yang ditargetkan kepada Sukarno | 1963 | Sumatera Utara | [4][159] |
Lihat pula
Wikisumber memiliki naskah sumber yang berkaitan dengan artikel ini: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2009 |
Catatan penjelas
- ^ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2009 memberikan ketentuan pada orang-orang yang wafat sebelum kemerdekaan Indonesia pada 1945, memungkinkan mereka yang "berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia" untuk menerima gelar tersebut.
- ^ Bahasa Indonesia telah mengalami sejumlah pengubahan ejaan sejak negara tersebut mendeklarasikan kemerdekaannya pada 1945. Ejaan Yang Disempurnakan, dimandatkan pada 1972, adalah sistem pengejaan resmi saat ini di Indonesia.
- ^ Beberapa sumber menyatakan bahwa tahun kelahirannya adalah 1886 atau 1890.
- ^ Juga dikenal dalam bahasa Sunda dengan nama Danudirja Setiabudi
- ^ Dikenal juga sebagai Harun Tahir
- ^ Tanggal kelahiran tidak diketahui. Beberapa sumber seperti Encyclopedia Britannica menyatakan bahwa tahun kelahirannya adalah 1590.
- ^ Dikenal juga sebagai Usman bin Haji Muhammad Ali.
- ^ a b Sebelumnya digelari sebagai Pahlawan Proklamator pada tahun 1986
- ^ Umumnya disebut sebagai Nyai Ahmad Dahlan, yang berarti "istri Ahmad Dahlan"
- ^ 1916 adalah tahun pengakuan dari pemerintahan Indonesia. Tanggal sebenarnya mungkin berbeda. Contohnya, sejumlah sumber menyatakan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1912 (Said 1991, hal. 80).
- ^ Tanggal kematian tidak diketahui; ia menghilang pada tahun 1945.
- ^ Paling sering disebut sebagai Dr. Sutomo
- ^ Dikenal juga sebagai Bung Tomo
Catatan kaki
- ^ a b Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2009.
- ^ a b c d Sekretariat Negara Indonesia, Prosedur.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at au av aw ax ay az ba bb bc bd be bf bg bh bi bj bk bl bm bn bo bp bq br Sekretariat Negara Indonesia, Daftar Nama Pahlawan (2).
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at au av aw ax ay az ba bb bc bd be bf bg bh bi bj bk bl bm bn bo bp bq br bs bt bu bv bw bx by bz Sekretariat Negara Indonesia, Daftar Nama Pahlawan (1).
- ^ JCG, Abdul Muis.
- ^ a b Artaria 2002, hlm. 539.
- ^ a b c d Parlina 2013, Govt names three new national heroes.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 254.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 251–252.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 2–3.
- ^ a b c d e f g The Jakarta Post 2011, Govt Gives.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 64–66.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 185–187.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 229–230.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 264.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 227–228.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 265–266.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 20–21.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 80–81.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 190.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 90–93.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 255.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 206–207.
- ^ Sudarmanto 2007, hlm. 90–91.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 143–144.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 22–23.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 158–159.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 234.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 168–169.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 52–53.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 188–189.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 68–70.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 82–83.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 71–72.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 123–124.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 4–5.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 24–25.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 210–211.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 181–182.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 93–94.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 237–238.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 160–161.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 164–165.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 239–240.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 170–171.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 201–202.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 26–27.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 197–198.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 178.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 235–236.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 42–43.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 95–96.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 271–272.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 241–242.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 248.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 292–293.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 244–245.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 56–57.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 30–31.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 44–45.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 249.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 191–192.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 276–277.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 250.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 187.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 253.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 66–67.
- ^ a b The Jakarta Post 2010, Doctor, Army Officer.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 86–87.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 224–225.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 121–122.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 300.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 212–213.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 8–9.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 298.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 105–107.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 296–297.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 258.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 183–184.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 14–15.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 259–260.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 46–47.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 12–14.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 231.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 108–109.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 16–17.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 203–204.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 97–98.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 208–209.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 261.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 6–7.
- ^ a b Aritonang 2012, Sukarno, Hatta.
- ^ a b The Jakarta Post 2012, Respect Thy Heroes.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 110–111.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 262–263.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 286–287.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 119–120.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 273–274.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 73.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 243.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 176–177.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 18–19.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 256.
- ^ Kamajaya 1981, hlm. 50–57.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 268.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 131–132.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 269–270.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 36–37.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 299.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 10–11.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 214–215.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 28–29.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 32–33.
- ^ a b Mirnawati 2012, hlm. 34–35.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 280.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 84–85.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 199–200.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 74–75.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 162–163.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 99–100.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 193–194.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 216–217.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 246–247.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 112–113.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 166–167.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 172–173.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 195–196.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 222–223.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 116–117.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 136–137.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 40–41.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 232–233.
- ^ a b Mirnawati 2012, hlm. 138.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 114–115.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 218–219.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 134–135.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 133.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 127–128.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 125–126.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 139–140.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 76–77.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 284–285.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 220–221.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 58–59.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 141–142.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 48–49.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 38–39.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 129–130.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 54–55.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 60–62.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 174–175.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 147–148.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 88–89.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 78–79.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 118.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 179–180.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 50–51.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 101–102.
- ^ Mirnawati 2012, hlm. 103–104.
Kutipan karya
- Artaria, Myrtati Diah (2002). "Heroes and Heroines". In Chambert-Loir, Henri; Reid, Anthony. The Potent Dead: Ancestors, Saints and Heroes in Contemporary Indonesia. University of Hawaii Press. hlm. 538–540. ISBN 978-1-86508-739-9.
- "Abdul Muis". Ensiklopedia Jakarta (dalam bahasa Indonesia). Pemerintahan Kota Jakarta. Diarsipkan dari aslinya tanggal 20 Februari 2013. Diakses 20 Februari 2013.
- Aritonang, Margareth S. (12 November 2012). "Sukarno, Hatta national heroes at last". The Jakarta Post. Diarsipkan dari aslinya tanggal 19 Februari 2013. Diakses 19 Februari 2013.
- "Daftar Nama Pahlawan Nasional Republik Indonesia (1)" (dalam bahasa Indonesia). Sekretariat Negara Indonesia. Diarsipkan dari aslinya tanggal 9 Mei 2012. Diakses 9 Mei 2012.
- "Daftar Nama Pahlawan Nasional Republik Indonesia (2)" (dalam bahasa Indonesia). Sekretariat Negara Indonesia. Diarsipkan dari aslinya tanggal 17 Februari 2013. Diakses 17 Februari 2013.
- "Doctor, Army Officer Named National Heroes". The Jakarta Post. 12 November 2010. Diarsipkan dari aslinya tanggal 19 Februari 2013. Diakses 19 Februari 2013.
- "Editorial: Respect Thy Heroes". The Jakarta Post. 10 November 2012. Diarsipkan dari aslinya tanggal 19 Februari 2013. Diakses 19 Februari 2013.
- "Govt Gives Posthumous Honor to Heroes". The Jakarta Post. 9 November 2011. Diarsipkan dari aslinya tanggal 19 Februari 2013. Diakses 19 Februari 2013.
- "Iskandar Muda". Encyclopedia Britannica Online. Diakses 18 February 2013.
- Kamajaya (1981). Lima Putera-Puteri Aceh Pahlawan Nasional (dalam bahasa Indonesian). Yogyakarta: U.P. Indonesia. OCLC 65644873.
- Mirnawati (2012). Kumpulan Pahlawan Indonesia Terlengkap (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: CIF. ISBN 978-979-788-343-0.
- Parlina, Ina (9 November 2013). "Govt names three new national heroes". The Jakarta Post. Diarsipkan dari aslinya tanggal 11 November 2013. Diakses 11 November 2013.
- "Prosedur Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional". Awards of the Republic of Indonesia (dalam bahasa Indonesia). Sekretariat Negara Indonesia. Diarsipkan dari aslinya tanggal 28 Desember 2011. Diakses 21 Februari 2013.
- Said, Salim (1991). Genesis of Power: General Sudirman and the Indonesian Military in Politics, 1945–49. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies. ISBN 978-981-3035-90-4.
- Sudarmanto, J. B. (2007). Jejak-Jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Grasindo. ISBN 978-979-759-716-0.
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. Jakarta: Pemerintahan Indonesia. 18 Juni 2009. Diarsipkan dari aslinya tanggal 3 Maret 2013. Diakses 3 Maret 2013.
Pranala luar
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar